Salam

Salam Ramadlan

4.17.2011

Aku Bukan Lesbian (BAB I)

Mentari pagi masih bersembunyi dibalik awan, bumi pun masih berselimbut kabut nan dingin di pagi ini. Tapi gelap dan dinginnya pagi, seolah ga berpengaruh bagi masyarakat di kampungku. Mereka sudah terbiasa dengan cuaca seperti ini, mereka sudah bersiap-siap untuk melakukan berbagai macam aktifitas dan rutinitas sehari-hari. ada yang bertani di sawah, ngambil kayu bakar di hutan yang memang ga begitu jauh dari kampungku, bahkan sebagian dari mereka sudah ada yang berangkat dari ba’da subuh.

Tapi tidak halnya dengan diriku, pagi ini terasa dingin banget. Aku masih terbujur kaku diatas kasur usang yang ga empuk, aku males banget tuk buka mataku dan keluar dari pelukan selimbutku yang ga tebel-tebel banget ini. Karena hari ini adalah awal dari masa liburan sekolahku, jadi aku fakir ini adalah saatnya aku menikmati kebebasanku setelah selama 3 tahun aku selalu disibukkan dengan aktifitas sekolah setiap hai selama 6 hari dalam seminggu.

Aku baru lulus dan baru menerima ijazah kemarin, Alhamdulillaah aku lulus dengan hasil yang lumayan sempurna. Aku mendapatkan peringkat pertama dan mendapatkan predikat Nilai UN (Ujian Nasional) tertinggi tingkat SMP di kota-ku. Aku berencana untuk meneruskan pendidikanku ke SMA di Kota. Tapi orang tuaku berkehendak lain, mereka ingin agar aku masuk ke Pondok Pesantren. Alasannya sih biasa, mereka takut aku terjerumus kedalam pergaulan yang akan merusak masa depan kehidupanku kelak.

“Zi.. bangun Nak, tidak baik lho tidur bermalas-malasan dipagi hari.” Kudengar suara ibuku membangunkanku. “iya Bu, sbentar lagi Ezi bangun, nih masih ngantuk banget bu. Lagian, dingin banget hari ini.” Sahutku pada ibu. Tapi ibu tidak membiarkanku untuk melanjutkan petualanganku di alam mimpi, kudengar langkah kaki beliau masuk ke kamarku. “bangun, Nak… mandi, sarapan. Bukankah hari ini kamu mau mendaftar ke Pondok Pesantren Khozienatul ‘Uluum..??. kata ibu lagi tepat berdiri disampingku. “nanti saja Bu, ini kan baru jam 6. masih ada waktu untuk sekedar ngalenyap  bentar”. Jawabku pada ibu setengah malas, karena memang aku ga bernafsu untuk mondok,  aku inginnya sekolah ke Kota. Bukan ibuku jika beliau mengikuti inginku, apalagi kalau membiarkanku tidur sampe siang.

“Nak, kamu tahu? Tidur di pagi hari setelah subuh itu akan membuatmu fakir harta lho Nak…!! Kamu mau hidup kamu miskin kelak..?? Kata ibuku, sambil menarik selimbutku. Aku pun bangun walopun masih terasa malas. Tak lama berselang, datang pamanku yang akan mengantarku mendaftar ke pondok Pesantren di Kota.



(Bersambung, ntar diterusin lagi ya... mo masak air duu, bikin kopi biar semangat nulisnya.)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cinta