Beda Islam & Kristen: Perang, Penjarahan, Perbudakan & Pembunuhan
Jawaban untuk Pendeta
Antonius Richmon Bawengan (7)
Tanpa menyebutkan fakta dan dasar
apapun, Pendeta Antonius Richmon Bawengan mengumpat Islam sebagai agama
sadis yang menghalalkan peperangan, pembunuhan, penjarahan dan
perbudakan. Mari kita buktikan, ajaran Islam ataukah Kristen yang
mengajarkan perangai sadistis itu.
Peperangan dalam Al-Qur'an dan
Bibel
Al-Qur`an memang membolehkan peperangan
sebagai alat pertahanan diri bila diserang oleh musuh:
“Dan perangilah di jalan Allah
orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui
batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas” (Qs. Al-Baqarah 190).
“Telah diizinkan (berperang) bagi
orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya.
Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (Qs.
Al-Hajj 39).
Meski membolehkan perang bila terlebih
dahulu diperangi musuh, namun Islam tetap mengedepankan nilai
kemanusiaan, sehingga tidak boleh kelewat batas dalam perang. Beberapa
batasan perang yang tidak boleh dilanggar menurut hadits Nabi antara
lain: dilarang membunuh wanita dan anak-anak, tidak boleh membakar,
merusak pepohonan, menyiksa dan memotong-motong anggota tubuh, dll.
Masalah perang bukan hal yang tabu dalam
Bibel, sehingga dalam Perjanjian Lama tertuang ayat khusus dengan
perikop “Hukum Perang” dalam Ulangan 20:1-20, yang mengatur tentang
tawaran damai, penyerangan, pengepungan, pembasmian musuh hingga harta
jarahan perang.
....Aturan perang dalam Bibel pun berbeda dengan aturan Islam. Dalam Perjanjian Lama, Bibel memerintahkan agar seluruh laki-laki dan perempuan harus ditumpas habis....
Aturan perang dalam Bibel pun berbeda
dengan aturan Islam. Dalam Perjanjian Lama, Bibel memerintahkan agar
seluruh laki-laki dan perempuan harus ditumpas habis, kecuali wanita
perawan. Wanita yang belum pernah bersetubuh ini boleh diambil bagi
mereka.
“Maka sekarang bunuhlah semua
laki-laki di antara anak-anak mereka, dan juga semua perempuan yang
pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu bunuh. Tetapi semua
orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan
laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu” (Bilangan 31: 17-18).
Islam menghapus perbudakan,
Paulus dan Yesus abstain
Salah satu misi Islam adalah menghapus
perbudakan secara bertahap, karena perbudakan sudah mengakar jauh
sebelum Islam diturunkan. Cara Islam menghapus perdudakan, antara lain:
Pertama,
mewajibkan pembebasan budak sebagai sanksi bagi tindak pidana
pembunuhan. "Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu)..."
(Qs. An-Nisa 92).
Kedua, menjadikan
pembebasan budak sebagai sanksi zhihar terhadap istri: "Orang-orang
yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali
apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami isteri itu bercampur..." (Qs Al-Mujadilah 3).
Ketiga, menjadikan
pembebasan budak sebagai Kafarat (denda) pelanggaran sumpah. "...Maka
kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang
miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu,
atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak…"
(Qs Al-Ma'idah 89).
Keempat, Membebaskan
(memerdekakan) budak dengan (Qs At-Taubah 60).
Kelima, dalam
banyak kesempatan Rasulullah SAW memerintahkan untuk membebaskan budak.
Dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan
untuk membebaskan budak selama gerhana matahari dan gerhana bulan.
Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW
bersabda: "Siapapun orang muslim yang memerdekakan seorang budak muslim,
niscaya Allah akan menyelamatkan setiap anggota tubuhnya dari api
neraka dengan setiap anggota tubuh budak tersebut" (Muttafaq Alaihi dari
Abu Hurairah RA).
"Setiap orang muslim yang
memerdekakan dua orang budak muslimah, maka keduanya akan menjadi
penyelamatnya dari api neraka." (HR Tirmidzi dari Abu Umamah RA).
Semua fakta ini menunjukkan bahwa Islam
memiliki misi menghapus perbudakan. Selain itu, Islam tidak membedakan
status sosial orang merdeka dan budak dalam hal perkawinan. Sebagai
sesama keturunan Adam, baik budak maupun orang merdeka sama-sama
memiliki hak untuk dinikahi (Qs An-Nisa 25). Dalam hal ini faktor
keimanan jauh lebih prioritas ketimbang status sosial. Terbukti, Allah
sangat memuliakan budak yang beriman, jauh melebihi orang merdeka yang
tak punya iman. Al-Qur'an surat Al-Baqarah 221 menegaskan bahwa budak
mukmin/mukminah lebih baik dan halal dinikahi daripada orang musyrik
yang merdeka dan lebih menarik hati.
....Islam memiliki misi menghapus perbudakan, sementara dalam Bibel, Yesus maupun Paulus sama sekali tidak mengemukakan solusi untuk menghapus perbudakan.....
Dalam surat An-Nisa' 36 Allah
memerintahkan untuk berbuat baik kepada budak (hamba sahaya), satu paket
dengan berbuat baik kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga, teman sejawat, dan ibnu sabil.
Semua fakta ini menunjukkan bahwa Islam
memiliki misi menghapus perbudakan. Sementara dalam Bibel, Yesus maupun
Paulus yang sering diklaim sangat menekankan ajaran kasih, sama sekali
tidak mengemukakan solusi untuk menghapus perbudakan. Paulus dalam
suratnya hanya menekankan agar para budak takut, gentar patuh dan taat
tuannya.
"Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu
yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama
seperti kamu taat kepada Kristus" (Efesus 6:5).
"Orang-orang Kristen yang menjadi
hamba, harus menganggap bahwa tuan mereka patut dihormati, supaya orang
tidak dapat memburukkan nama Allah atau pengajaran kita. Hamba-hamba
yang tuannya orang Kristen, tidak boleh meremehkan tuannya karena mereka
sama-sama orang Kristen. Malah mereka seharusnya melayani tuan mereka
itu dengan lebih baik lagi, sebab tuan yang dilayani dengan baik itu
adalah sama-sama orang percaya yang dikasihi. Semuanya ini haruslah
engkau ajarkan dan nasihatka" (1 Timotius 6:1-2, BIS).
Islam Melarang Penjarahan, Bibel
Menganjurkan Penjarahan
Tudingan Richmon bahwa Islam membolehkan
penjarahan, adalah fitnah dan bualan di siang bolong. Karena tak satu
ayat pun dalam Al-Qur'an maupun Hadits Nabi yang menghalalkan
penjarahan. Justru Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya untuk memakan
harta sesama manusia dengan cara yang batil:
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil..."
(Qs An-Nisa 29).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya
menjelaskan bahwa cara-cara batil yang dilarang itu meliputi segala
jenis penghasilan yang tidak syar’i, seperti berbagai jenis transaksi
riba, judi, mencuri, penipuan dan kezaliman.
....Tak ada ajaran penjarahan dalam Islam, justru Bibel yang mengajarkan penjarahan dalam perang....
Tak ada ajaran penjarahan dalam Islam,
justru Bibellah yang mengajarkan penjarahan dalam perang:
“Hanya perempuan, anak-anak, hewan
dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan
itu, boleh kau rampas bagimu sendiri, dan jarahan yang
dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, boleh
kaupergunakan.... Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala kota yang
sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota
bangsa-bangsa di sini. Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang
diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah
kaubiarkan hidup apapun yang bernafas" (Ulangan 20:14-16).
Pembunuhan sadis dalam Bibel
Omong kosong dan bohong besar tudingan
Richmon bahwa Islam menghalalkan pembunuhan. Justru Islam sangat
menghormati nyawa manusia, bahkan nilai nyawa satu orang sama dengan
nyawa semua manusia di muka bumi (Qs. Al-Ma'idah 32), sehingga
pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan adalah dosa besar yang diancam
dengan neraka Jahanam (An-Nisa 93). Untuk mencegah tindak pidana
pembunuhan, Allah mensyariatkan qishas (Qs Al-Ma'idah 45).
....Tuhan dalam Bibel pernah memerintahkan pembunuhan secara sadis tanpa belas kasihan untuk membalas dendam....
Ayat-ayat lebih dari cukup untuk
menangkis tudingan Richmon bahwa Islam adalah agama yang menghalalkan
pembunuhan. Tudingan Richmon itu salah alamat, seharusnya diarahkan
kepada Bibel. Karena Tuhan dalam Bibel pernah memerintahkan pembunuhan
secara sadis tanpa belas kasihan untuk membalas dendam:
“Beginilah firman Tuhan semesta
alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek
kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka,
ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang,
kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan
janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki
maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu
maupun domba, unta maupun keledai” (1 Samuel 15:2-3).
Jika Pendeta Richmon gampang menuduh
tuhan sebagai penipu, beranikah ia menuding Tuhan dalam Bibel sebagai
Tuhan yang penipu karena memerintahkan pembunuhan secara sadis, padahal
di ayat lain (Keluaran 20:13, Ulangan 5:17, Imamat 24:17) Tuhan melarang
pembunuhan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Cinta