Mau Menghujat Allah, Pendeta Richmon Malah Mengutuk Yesus
Jawaban untuk Pendeta
Antonius Richmon Bawengan (6)
Ayat Al-Qur'an yang paling dibenci oleh
Pendeta Antonius Richmon Bawengan adalah surat An-Nisa 157 yang secara
tegas membongkar kegagalan konspirasi penyaliban Nabi Isa AS ini.
Ayat ini dianggap sebagai batu sandungan
doktrin sentral kristiani yang yang meyakini Nabi Isa (Yesus) disalib
untuk menebus dosa. Doktrin penyaliban Yesus adalah salah inti iman
Kristiani. Doktrin yang dimasukkan dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Credo
Nicaeano-Constantinopolitanum) ini sedemikian penting maknanya
dalam iman kristiani. Tanpa adanya penyaliban Yesus, maka rontoklah
keyakinan Kristen tentang dosa waris, penebusan dosa, Trinitas, dan
ketuhanan Yesus.
Secara khusus, dalam buku "Ya Tuhanku
Tertipu Aku" yang disebarkan di Temanggung ini, Richmon menulis sub
judul "Al-Qur’an tentang Allah" untuk menggugat surat An-Nisa 157: “Dan
karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa
putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
(pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka...”
Menurut ayat tersebut, orang-orang kafir
tidak berhasil menangkap Nabi Isa, apalagi menyalib dan membunuhnya.
Karena yang mereka tangkap lalu mereka salibkan ialah orang lain yang
diserupakan dengan Nabi Isa. (Bukti-bukti kegagalan ini telah
dikupas dalam rubrik Christology berjudul "Menggugat
Hari Wafat Isa Almasih alias Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan").
Ringkasnya, proses eksekusi penyaliban yang salah alamat tersebut
sangat memungkinkan, karena menurut Bibel sendiri, Yesus bisa
bermukjizat merubah wajah (Matius 17:2), dan para serdadu yang melakukan
penangkapan tidak ada yang mengenal wajah Yesus, sehingga mereka harus
menyewa Yudas untuk menunjukkan siapa Yesus, dengan suap 30 keping uang
perak (Matius 26:15).
....Pendeta ini benar-benar frustasi karena tidak bisa membantah keabsahan surat An-Nisa 157. Dalam kefrustasiannya, ia menuduh cara Allah menyelamatkan Nabi Isa dari penyaliban sebagai tipuan yang keji....
Dendam kesumat Richmon terhadap ayat ini
sudah sampai ke ubun-ubun, sehingga ayat yang menelanjangi kebobrokan
doktrin Penyaliban Yesus dan Penebusan Dosa itu, dicacimaki sedemikian
rupa. Richmon menuding Allah telah berbuat licik karena menyelamatkan
Nabi Isa dari penyaliban. Berikut kutipan tudingannya:
"Allah mau
meluputkan ‘Isa dari penyaliban oleh orang Yahudi. Anehnya, Allah yang
(katanya) Yang Mahakuasa, harus menggunakan tipuan untuk menolong ‘Isa,
dari penyaliban orang Yahudi. Lagi-lagi ayat ini menunjukkan bahwa Allah
tak pernah mengharamkan penipuan, teknik dari neraka! Patutlah
disangsikan kemahakuasaan Allah, sehingga harus menggunakan teknik
tipuan. Jelas pula bahwa Allah bukanlah Yang Mahabenar. Hal ini
berlanjut terus dengan pengajaran agama Arabi lainnya, semisal ‘taqiyya’
(boleh mendustai mereka yang tidak seiman), dll.
Budaya neraka
(penipuan) itu melebar terus kepada budaya neraka lainnya: peperangan,
pembunuhan, dan penjarahan. Semua yang diharamkan oleh Yang Mahabenar,
halal bagi orang muslim, diberi contoh oleh tindakan Muhammad.
Bayang-bayang kejahatan itu terrekam di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang
menghalalkan kaum muslim memerangi, menjarah, memperbudak, membunuh
orang kafir!" (hlm. 10-11).
Itulah sepak terjang membabi buta
Pendeta Richmon Bawengan dalam berteologi. Demi membela doktrin
penyaliban Yesus apapun dilakukan, termasuk merusak logika dan akhlak.
Richmon ingin memaksakan ayat Ilahi agar
selaras dengan doktrin yang rumusan manusia biasa (bukan Nabi atau
Rasul) dalam Konsili yang dirumuskan berabad-abad setelah Yesus sudah
meninggalkan dunia.
Pendeta berdarah Manado ini benar-benar
frustasi karena tidak bisa membantah keabsahan surat An-Nisa 157 yang
sangat lugas, tegas dan mudah dipahami. Dalam kefrustasiannya, Richmon
menuduh cara Allah menyelamatkan Nabi Isa dari konspirasi penyaliban
orang-orang kafir sebagai tipuan yang keji. Ini adalah logika yang
benar-benar rusak.
....Pendeta Richmon simpati kepada orang-orang kafir yang ingin menzalimi Yesus, serta-merta menuduh Allah yang menyelamatkan Nabi Isa sebagai penipu...
Mengapa Richmon sangat simpati kepada
orang-orang kafir yang ingin menzalimi Nabi Isa (Yesus), lalu
serta-merta menuduh Allah yang menyelamatkan Nabi Isa sebagai penipu?
Padahal sebagai pendeta yang mengaku sebagai pengikut Yesus, seharusnya
Richmon mendukung upaya Allah untuk menyelamatkan Nabi Isa dari
konspirasi penyaliban, apapun cara-Nya. Bukankah kitab suci menyebutkan
bahwa orang yang mati di tiang salib adalah manusia terkutuk?
Dengan mendukung kematian Yesus di tiang
salib, bearti Pendeta Richmon setuju dengan hujatan orang kafir bahwa
Yesus adalah manusia terkutuk
"Sebab ada tertulis: “Terkutuklah
orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3:13).
Kasihan sekali Pendeta Richmon. Spirit
penginjilan untuk memurtadkan umat Islam, ditempuh dengan cara menghujat
Allah. Lantas ia terpeleset, karena logika sesatnya menjadikannya
sebagai seorang yang mengutuk Yesus. Meninggikan agama yang diklaim
sebagai pengikut Yesus dengan cara mengutuk Yesus. Betapa tragis teologi
Pendeta Richmon Bawengan, biang kerusuhan bernuansa SARa di Temanggung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Cinta