Salam

Salam Ramadlan

7.14.2011

Kisah Pencarian Cinta Sejati



Kala ku lihat sapa sang surya, 
Hatiku terpana akan lembutnya, 
Ku katakan ini-lah cinta.. 
Karena ianya mampu membuatku terpana. 

Tapi ah, 
Surya tenggelam dikala senja, 
Aku-pun kecewa dan berduka, 
Dan, hatiku berkata : 
Surya bukan-lah cinta, 
Karena cinta tak mungkin torehkan luka. 

Heyy..!! 
Lihat..!!! 
Kata nurani-ku berceracau, 
kaya bangau yg sedang bersenda-gurau. 

Sekumpulan awan berwarna jingga, 
Di langit merah saga, 
Hiasi dunia dengan indahnya. 
Aku pun terpagut, tak mampu berkata. 
Karena keindahan pesona senja. 
Dalam hati, 
Ku sibak makna, 
Inilah cinta..!!! 
Karena cinta adalah keindahan tiada tara. 

Tapi... 
Huhh... 
Aku mengeluh.. 
Karena senja pergi setelah hatiku luluh, 
Senja pergi tinggalkan-ku yg mengaduh, 
Dan tak pedulikan-ku, 
Betapa aku hancur, 
Berkeping-keping tak bersisa. 
Batin-ku berantakan laksana kapal, 
Yg diombang-ambing badai samudera. 

aku-pun berhenti sejenak, 
menata hati, memutar otak, 
Karena penantian, pencarianku 
Atas cinta tlah buat-ku sesak. 
Ya.. 
Sesak.. 
Seperti rintihan seorang anak, 
Yang disuapi terlalu banyak, 
Hingga dia tersedak. 

Ternyata, 
Tekadku masih-lah membara, 
Mencari zat rahasia si cinta. 
Hingga perjalananku tibalah ke ujung senja, 
Dimana tempat kelam bermuara. 

Ya... 
Perjalananku tlah sampai di beranda malam, 
Aku memandang sebelah mata pada malam, 
Karena malam begitu kelam, 
Meski terang, tapi sekedar temaram. 

Oii...!! 
Tak sadar, lisan-ku berteriak lantang.. 
Karena ku lihat rembulan bersinar terang, 
Jiwa-ku tenteram, dan tenang.. 
Menikmati indahnya rembulan. 
Di sekeliling bulan, 
Ku saksikan bintang-bintang, 
Laksana para dayang, 
Kelilingi Sang Ratu malam. 

Adalah aku yang mencari-cari si cinta, 
kerlipan genit sang bintang, 
dan cantik wajah sang rembulan, 
Buatku terpikat dan terpesona. 
Sekejap aku memujanya, 
Ku luahkan segala rasa dijiwa, 
Bahwa aku mencintainya. 

Aku-pun terlena, 
Dan sesaat ku terbuai dalam cintanya, 
Asmara-ku membara dengan hebatnya, 
Malam, bulan, dan bintang tinggalkanku dalam lelap. 

Ah, 
Ternyata ini bukan-lah cinta, 
Karena cinta bukanlah kenikmatan sesaat. 
Cinta bukanlah pemuas hasrat sekejap. 
Dan, cinta pasti-lah tak tega, 
Meninggalkan pecinta-nya, 
Merana dalam kekosongan jiwa. 

Aku pun berlalu meninggalkan mimpi, 
Lalu ditengah perjalanan, 
Ku saksikan sekuntum mentari, 
Merekah indah bak senyum bidadari, 
Yang ku temui di alam mimpi. 
Namun, hatiku yang tlah lelah 
Mencari dan menanti, 
Tak lagi jatuh cinta pada mentari. 
Karena ku tahu dia tidak-lah lestari. 

Kini, 
Saat aku terhuyung murung 
dan terkurung, 
Ku dengar lantunan kidung, 
Ya.. 
Kidung yg mengalun dalam sebuah kurung.. 
Kidung seruan dari Sang Agung.. 

Dia tidak ku cari, 
Dia tidak ku nanti, 
Tapi Dia datang dengan sendiri. 
Oh.. 
Ternyata Dia telah bersemayam di kerajaan hati, 
Sedari aku belumlah menjadi bayi. 
Dan, 
Ku sadari dahulu, 
Saat aku masih berupa ruh, 
Aku pernah berjanji. 
Saat Kau tanyakan : 
"Apakah kau bersaksi, 
bahwa hanya Aku-lah Sang Maha Abadi?" 
Aku pun berjanji : 
Benar..!! 
Aku bersaksi, 
Tiada yang lain yg bersemi di hati. 
Selain Engkau Sang Maha Suci. 

Syukur.. 
Lelahku telah terbayar, 
Sakitku telah terobati, 
Kini, tak lagi kurasa kecewa, 
Tak pernah lagi ku merana, 
Karena cintaku selalu ada, 
Dikala aku duka, 
Dan saat ku bahagia. 
Cinta-Nya janjikan aku kebahagiaan hakiki. 
Di Taman syurgawi, 
Kelak, aku akan berkumpul dengan para Dewi, 
Dan manusia pengabdi pada Cinta Yang Baqi*. 
Dia-lah cinta sejati-ku, 
Allah Robbul 'Izzati. 


* Baqi = abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cinta